BUDAYA POSITIF DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER MURID

 Nama                : Titik Farniati

Kelompok        : 3 (tiga)

Fasilitator         : Bapak Yuli Cahyono

Pendamping     : Bapak I Komang Witarsa     



SINTESIS ANTAR MATERI

Budaya menurut Soekamto berasal dari kata Sansekerta ³Budayyah yang merupakan bentuk jamak ³budhi” yang berarti akal. Dengan demikian budaya dapat di artikan sebagai hal-hal yang berhubungan dengan akal dan budi (Soekanto; 1983:166). Sementara itu Selo Sumarjan merumuskan budaya sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Sementara budaya sekolah adalah keyakinan dan nilai-nilai milik bersama yang menjadi pengikat kuat kebersamaan. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah di masyarakat. Kebiasaan-kebiasaan dan nilai-nilai yang telah diterapkan di suatu sekolah merupakan budaya sekolah. Budaya sekolah sangat mempengaruhi prestasi dan perilaku peserta didik. Budaya sekolah merupakan jiwa dan kekuatan sekolah agar muridnya tumbuh berkembang sesuai kodrat mereka secara merdeka. Budaya sekolah adalah sesuatu yang didasari oleh sikap, nilai-nilai, norma-norma, perilaku, dan harapan. Bila hal tersebut sudah terbentuk, maka visi dari sekolah tentang menumbuhkan perilaku (kekuatan) yang positif dari siswa  akan memiliki pengaruh terhadap nilai karakter disiplin. Budaya yang diterapkan di sekolah adalah budaya positif yang menjurus ke disiplin positif.

Disiplin sangat penting untuk berkembangnya suatu sekolah, terutama untuk murid agar dapat mendisiplinkan diri dalam melaksanakan tugas atau kegiatan tertentu. Disamping itu disiplin juga harus diterapkan oleh guru dalam mendidik dan membudayakan norma-norma tertentu yang ada di sekolah supaya hal tersebut dapat di contoh oleh murid. Dalam hal ini guru memiliki nilai peran yang penting bagi siswa, yaitu sebagai teladan bagi murid khususnya dan warga sekolah yang lain pada umumnya. Karena guru adalah ujung tombak di sekolah yang mampu memberikan motivasi dan inspirasi bagi murid. Guru tidak bisa bergerak sendiri untuk menumbuhkan budaya (disiplin) positif. Diperlukan kolaborasi dan daya dukung dari pemangku kepentingan sekolah, terutama adanya kesadaran dan motivasi dari masing-masing warga sekolah, murid dan orang tua murid dalam mewujudkan visi tentang budaya positif agar dapat dilaksanakan sesuai harapan. Budaya positif bisa konsisten dan berkelanjutan jika pola asuh di sekolah bersinergi dengan pola asuh anak di rumah.

Budaya positif adalah disiplin tanpa ancaman atau tanpa hukuman. Menerapkan disiplin positif dapat meningkatkan kesadaran murid dalam membentuk karakter positif. Disiplin positif dapat dibuat melalui kesepakatan antara guru dan murid. Dalam membuat kesepakatan kelas atau pun sekolah, murid dilibatkan langsung karena kesepakatan yang dibuat diharapkan berpihak dan berpusat pada murid. Murid diajak berdiskusi dan diberi kebebasan secara merdeka tentang  hal-hal yang ingin dibuat sehingga murid bisa menggali kekuatan positif yang dimiliki. Kesepakatan bersama  tersebut berasal dari murid sendiri  guru hanya sebagai fasilitator dan mediator. Dalam membuat kesepakatan guru menuntun dan memberi arahan agar murid tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya, sehingga kesepakatan yang dibuat bisa menumbuhkan murid yang tumbuh dan berkembang secara merdeka sesuai dengan potensi  dan kekuatan kodratnya. Banyak manfaat di dapat dari membuat kesepakatan, yaitu membangun hubungan kerja sama antar murid, guru dan orang tua, menumbuhkan kesadaran dalam melakukan hal-hal baik, menumbuhkan motivasi intrinsik murid, menumbuhkan kesadaran dari dalam diri murid terhadap budaya positif.  Jika budaya positif terbentuk dari kesadaran sendiri maka bisa bertahan lama jika dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan. Kesepakatan yang dibuat hendaknya menekankan konsekuensi daripada hukuman atau pun hadiah tanpa mengabaikan kemerdekaan murid. Kita sebagai guru harus melakukan perubahan besar biar terwujud murid yang memiliki profil Pancasila menuju merdeka belajar dengan membiasakan membuat kesepakatan terlebih dulu dengan murid. Diharapkan dengan adanya kesepakatan yang dibuat dengan kesadaran sendiri oleh murid bisa mewujudkan disiplin positif di sekolah yang merupakan visi dari sekolah.


                                                       RANCANGAN AKSI NYATA



      Judul : BUDAYA POSITIF DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER MURID

Oleh                           : Titik Farniati

Kelompok                  : 3 (Tiga)

Fasilitator                   : Bapak Yuli Cahyono

Pendamping                : Bapak Komang Witarsa

1.       LATAR BELAKANG

Budaya positif adalah disiplin tanpa ancaman atau tanpa hukuman. Menerapkan disiplin positif dapat meningkatkan kesadaran murid dalam membentuk karakter positif. Disiplin positif dapat dibuat melalui kesepakatan antara guru dan murid. Dalam membuat kesepakatan kelas atau pun sekolah, murid dilibatkan langsung karena kesepakatan yang dibuat diharapkan berpihak dan berpusat pada murid. Murid diajak berdiskusi dan diberi kebebasan secara merdeka tentang  hal-hal yang ingin dibuat sehingga murid bisa menggali kekuatan positif yang dimiliki. Kesepakatan bersama  tersebut berasal dari murid sendiri  guru hanya sebagai fasilitator dan mediator. Dalam membuat kesepakatan guru menuntun dan memberi arahan agar murid tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya, sehingga kesepakatan yang dibuat bisa menumbuhkan murid yang tumbuh dan berkembang secara merdeka sesuai dengan potensi  dan kekuatan kodratnya. 

Banyak manfaat di dapat dari membuat kesepakatan, yaitu membangun hubungan kerja sama antar murid, guru dan orang tua, menumbuhkan kesadaran dalam melakukan hal-hal baik, menumbuhkan motivasi intrinsik murid, menumbuhkan kesadaran dari dalam diri murid terhadap budaya positif.  Jika budaya positif terbentuk dari kesadaran sendiri maka bisa bertahan lama jika dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan. Kesepakatan yang dibuat hendaknya menekankan konsekuensi daripada hukuman atau pun hadiah tanpa mengabaikan kemerdekaan murid. Kita sebagai guru harus melakukan perubahan besar biar terwujud murid yang memiliki profil Pancasila menuju merdeka belajar dengan membiasakan membuat kesepakatan terlebih dulu dengan murid. Diharapkan dengan adanya kesepakatan yang dibuat dengan kesadaran sendiri oleh murid bisa mewujudkan disiplin positif di sekolah yang merupakan visi dari sekolah yaitu terwujudnya murid yang memiliki karakter positif

4.     LINIMASA TINDAKAN YANG AKAN DILAKUKAN

 

1.       Tahap Persiapan (minggu pertama)

Guru berdiskusi dengan murid tentang kesepakatan kelas yang dibuat, disini guru hanya sebagai fasilitator dan mediator

2.       Tahap Pelaksanaan (minggu kedua)

-   Guru bersama murid membuat poster untuk menampilkan kesepakatan kelas yang dibuat    

-   Guru dan murid melaksanakan kesepakatan kelas

-   Dilakukan monitoring terhadap kesepakatan yang dibuat 

3.       Evaluasi (minggu ketiga)

- guru bersama murid melakukan evaluasi terhadap kesepakatan yang di buat apakah sudah terlaksana dengan baik

- guru dan murid melakukan refleksi terhadap hal-hal yang perlu ditambah atau dikurangi dari kesepakatan

4. Pelaporan (minggu keempat)

 - Membuat laporan tentang pelaksanaan aksi nyata

2.       TUJUAN TINDAKAN

         Adapun tujuan dari tindakan ini adalah :

1. Untuk meningkatkan kedisiplinan murid

2. Untuk meningkatkan perilaku dan kebiasaan positif di kalangan murid


5.     DUKUNGAN YANG DI BUTUHKAN

Guru tidak bisa bergerak sendiri untuk menumbuhkan budaya (disiplin) positif. Diperlukan kolaborasi dan daya dukung dari pemangku kepentingan sekolah, terutama adanya kesadaran dan motivasi dari masing-masing warga sekolah, murid dan orang tua murid dalam mewujudkan visi tentang budaya positif agar dapat dilaksanakan sesuai harapan. Budaya positif bisa konsisten dan berkelanjutan jika pola asuh di sekolah bersinergi dengan pola asuh anak di rumah.

3.     TOLAK UKUR

        Adapun tolak ukur dari tindakan ini          adalah :

  1. Meningkatnya kedisiplinan murid
  2. Teramatinya perilaku dan kebiasaan positif dikalangan murid

Comments